Kamis, 02 Desember 2010

IBU

kemarin saya sudah menulis nih tentang figur ayah... rasanya kurang plong gitu kalau tidak bercerita juga tentang figure ibu... saya jadi mengingat cerita teman saya dan tentunya cerita tentang ibu saya sendiri bagaimana dia melahirkan saya yang akhirnya bisa besar begini. hahahahaha
teman saya pernah bercerita tentang ibunya yang pekerja keras untuk membiayai hidup dia dan adik-adiknya demi mencapai sebuah bangku sekolah. kalau di bandingkan ibu saya sih tidak sampai segitunya yah... cuma yang pasti saya juga merasakan dulunya ibu saya itu tidak menyayangi saya entah karena apa. tapi kalau sekarang buset deh.. seperti anaknya cuma ada saya, kadang senang juga sih tapi saya jadi selalu meningat adik saya ada perasaan ade saya nantinya juga merasa yang dulu saya rasakan. jadinya selalu mengingat kan ke ibu bahwa saya punya ade walau sudah di tahu sih, hehehehehe
kadang kalau melihat ibu saya sepertinya saya bisa bercermin deh. bercermin bukan karena mirip yah... tapi karena sifatnya itu loh sama dengan saya. contohnya kalau mau sesuatu langsung mau hari ini, suka marah dan pendendam, kalau marah tidak mau bicara suka menyendiri wah persis bangat deh.
kadang saya sangat jengkel dengan ibu saya yang banyak tanya... tapi mau di suruh diam juga kan tidak mungkin karena dia ibu saya.saya sih sebagai anak cuma selalu belajar untuk bisa menerima kekurangan ibu saya walau kadang saya melihat teman ibu saya yang bisa seperti teman dengan anaknya saya selalu berpikir coba ibu saya seperti itu (mungkin ndk yah??) hehehehehehe...

figure ibu tentu saja identik dengan wanita yang lembut, wanita yang biasa di bilang cerewet, dll
tapi anehnya figure itu yang  kita butuhkan selalu... figuru yang selalu melengkapi hari-hari kita bersama ayah kita... figuru yang selalu mengajarkan kita secara tidak langsung tentang sebuah kasih sayang yang besar, figuru yang selalu mengajarkan kita untuk bisa menghargai orang lain.

satu yang pasti saya sangat bangga dengan ibu saya... secerewet apapun dia walau hati ini menggerutu karena jengkel, saya selalu berdoa agar dia selallu bahagia dan saya rasa kita pun juga harusnya bangga dengan figure ibu... figur yang menjadi teladan kita mulai saat kita dalam kandungan sampai saat ini....

I Love my Mother n Father...


Rabu, 01 Desember 2010

Bapak dalam Belenggu Jiwa 3





ngomong2 soal tulisan saya tentang bapak.. jadi ingat pernah jadi bapak. tapi itu dalam sebuah pertunjukan yang Judulnya belenggu Jiwa 3 karya teman saya yang kurus kering dan jahil itu. hahahahaha...
jadi waktu itu saya di minta memerangkan figur bapak, nah masalahnya saya di suruh keliling makassar saat itu untuk survey kira-kira figur bapak seperti apa. gila aja.. masa saya harus memperhatikan bapak-bapak di makassar. tapi apa mau di bilang karena peran akhirnya mau tidak mau demi memahami peran itu surveylah saya...
masalah berikutnya muncul ketika saya harus menghadapi istri saya yang cacat dan anak-anak saya yang tak jelas asal usulnya itu (dalam teater).
busetlah saya bilang kasihan bangat hidup saya sudah hidupnya pas-pasan, istri cacat, cerewet, suka marah-marah, anak-anak yang tidak bisa menerima kenyataan, dll deh... pokoknya betul-betul Belenggu Jiwa seperti judulnya.
ya... ceritanya sih sesuai dengan kenyataan hidup yang terjadi di sekitar kita dan memang sangat sulit tapi dari situ saya belajar banyak hal bagaimana sebenarnya susahnya seorang bapak sebagai kepala rumah tangga dan bagaimana kita bisa menerima kenyataan bahwa kondisi kita memang seperti itu walau hanya sebuah pertunjukan tapi saya salute lah buat sutradara saya dan tentunya seluruh crew n pemain karena bisa menyampaikan tentang figure bapak yang sesungguhnya yang harus bisa mempertahankan keluarga di tengah belenggu jiwanya sendiri dan keluarganya... serta berani menghadapi belenggu jiwa itu... kita pun harusnya bisa...hehehehe

Bapak..

Zaman sekarang ini saya kadang merasa bahwa bahwa banyak orang merasa bahwa peran ayah dalam keluarga tidaklah sepenting dengan peran seorang ibu. Bukan hanya itu, banyak pula yang mengatakan zaman sekarang ini ibu pun bisa jadi kepala keluarga karena ibu juga bisa bekerja. Kalau di pikir-pikir, memanglah betul bahwa ibu pun sebagai seorang wanita zaman sekarang ini juga sudah bisa bekerja dan bahkan pendapatannya pun ada yang jauh lebih besar di bandingkan suaminya. Tapi walaupun ibu juga bisa bekerja, tetap lah tidak bisa mengantikan posisi suami sebagai kepala keluarga sebagai nahkoda yang memimpin keluarganya.
Saya punya seorang teman, dimana dalam kehidupan sehari-harinya dia tergolong orang yang hidupnya pas-pasan. Ayahnya sangat menyayangi keluarganya dan selalu berusaha keras untuk memenuhi kebutuhan keluarganya walupun dengan keuntungan yang pas-pasan. Tapi entah mengapa teman saya ini dan ibunya sendiri tak pernah bisa bangga dengan ayahnya. Yang ada malah mereka selalu menghina dan membenci ayahnya karena dianggap ayahnya itu tidak bisa mengurus keluarga. Apa lagi kalau mau di lihat saat ini teman saya sudah bekerja dan pendapatannya jauh lebih besar dari ayahnya. Kadang saya mau mengajak teman saya untuk bercerita, tapi kalau di singgung soal ayahnya rasanya ayahnya itu adalah orang yang tidak penting lagi bagi dirinya. Tapi anehnya dan membuat saya terkesan adalah ayahnya tidak membenci anaknya dan malah semakin menyayangi keluarganya walupun kadang dia sendiri merasa sedih melihat perlakuan anak-anaknya dan istrinya kepadanya.
Disisi satu sisi saya jadi teringat dengan ayah saya sendiri, ayah yang dulu tak pernah saya rasa menyayangi saya, ayah yang dulu saya rasa cuma mengangap saya sebagai anak pungut. Cerita ini bermula saat saya masih kecil, dimana setiap melakukan sesuatu saya pasti dapat marah, ketika saya dapat marah, rasa benci saya terhadap ayah saya rasanya sangat besar dalam hati saat itu. Rasanya semua kebaikan yang dilakukannya kepada saya tak pernah saya ingat yang ada hanya kebencian. Tapi untunglah kebencian itu tak berlangsung lama, dimana seiring waktu yang berjalan, ternyata saya menyadari bahwa apa yang dilakukan ayah saya bukan karena ingin menyiksa melainkan mendidik saya sehingga bisa menjadi anak dan manusia yang berguna baik itu bagi keluarga dan masyarakat. seandainya kalau saya tidak di didik seperti dulu sama ayah saya, mungkin sampai saat ini saya tidak menjadi seperti sekarang. Menjadi orang yang bisa bergaul dengan banyak orang, menjadi orang yang bisa di percaya oleh orang lain dan lain sebagainya. Walau kadang saya masih sering berbeda pemahaman dan pandangan dengan ayah saya apalagi ketika membuat suatu keputusan yang besar yang kadang menurutnya itu tidak bagus, saya tetap belajar untuk memahami pikirannya dan selalu belajar dari semua pengalaman yang dimilikinya.
Sudah saatnya buat semua orang menyadari pentingnya peran seorang ayah dalam sebuah keluarga. Dunia hanya akan bisa berubah jika asa anak-anak yang percaya kepada orang lain dan bisa dibutuhkan oleh masyarakat luas. Satu hal yang harus kita sadari bahwa seorang ayah hanyalah seorang manusia biasa yang tidak lepas dari berbagai macam kekurangan. Saya pun sendiri sebagi seorang anak bukan hanya tahu menuntut kepada orang tua untuk memenuhi kebutuhan saya, tapi sebagi anak bagaimana saya bisa memahami dan mengerti kondisi keluarga yang ada dan tidak menuntut terlalu banyak karena saya menyadari bukanlah suatu pekerjaan yang mudah bagi seorang ayah untuk menjadi pemimpin dalam keluarganya.
Di dunia ini dimana pun itu figure ayah sama pentingnya dengan figure ibu. Banyak yang mengatakan ibu bisa mengatikan figure bapak, begitu pun sebaliknya, ayah bisa mengantikan figure ibu. Tapi satu yang pasti menurut saya tidak ada yang bisa mengantikan figure ayah dan ibu kecuali mereka sendiri yang menjalankannya. Semuanya mempunyai kekurangan dan kelebihan masing-masing termasuk diri sendiri. Sampai kapan pun pribahasa tentang penyesalan selalu belakangan datangnya tak akan pernah bisa terhindarkan dari kehidupan ini jika tidak menyadari apa yang sebenarnya tahu seharusnya kita lakukan saat ini.
Rasanya saat sekarang ini yang harus dilakukan oleh seorang ayah bukan lagi berpikir bagaimana agar anaknya selalu ada disampingnya dan menjadi anak yang berbakti kepada orang tua, melainkan berpikir bagaimana agar anak-anak kelak tidak menjadi seorang koruptor atau melakukan perbuatan yang merugikan orang lain dan negara.
Satu hal yang pasti seburuk apa pun seorang ayah, dia selalu mencintai keluarganya dan selalu rela berkorban demi keluarga. Dan sebagai seorang anak, kebahagiaan seorang ayah bukan saat melihat anaknya punya uang yang banyak, tapi melihat anaknya bisa menjadi orang yang berguna buat masyarakat. Itulah kebahagiaan yang paling besar bagi seorang ayah buat anak-anaknya…

Aku dan Sahabat

Aku…. Dan Kamu….
Aku dan Persahabatan….
Aku dan Cinta….
Aku…
Aku… dan Aku….
Aku tak tahu kenapa aku bisa lahir di dunia ini…
Aku tak tak tahu kenapa di dunia ini ada yang namanya Persahabatan dan Cinta….
Mungkin kamu…. Atau orang di samping kamu tahu…
Ketika aku mau menutup mataku dari semua ini
Aku malah semakin terjerumus dengan Persahabatan dan Cinta
Padahal aku tak punya apa-apa…
Kegagahan, dan kekayaan aku tak punya sama sekali….
Bahkan Keren dan PD pun tak aku punya…
Yang aku punya cuma dia…
Dia yang memberi aku apa yang tak pernah terbayangkan dalam hidupku…
Di saat aku Susah atau Senang…
dia itu selalu menemaniku dan membantuku….
Dia itu tidak lain adalah Teman….
Teman yang selalu mengisi hari-hari kita dengan tawa…
Teman yang selalu ada buat kita baik di kala suka maupun duka…
Teman yang selalu berusaha mengerti keinginan kita…
Teman yang memberikan sejuta arti hidup ini dengan CINTA…
Cinta seorang teman buat sahabat-sahabatnya…

Temanku yang juga guruku, seorang seniman pernah berkata…
Disini kita bertemu…
Saling memberi..
Saling berbagi….
CINTA…
Aku Pingin Punya Apa-apa….
Tapi tetap punya cinta…
Aku pingin memberi…
Tapi yang dapat kuberi Cuma Cinta….
( Djamal_Dilaga )